Kerbaubertanduk, rotan beronak. Kerat rotan, patah arang. Jikalau ular menyusur akar, tiada hilang bisanya. Hendak pergi berotan jangan takut onaknya. Ada rotan, ada duri. Bergantung pada akar lapuk. Bakar tiada hangus. Dikerkah dia menampar pipi, dibakar dia melilit puntung. Tiada rotan akar pun jadi. TikTokvideo from GusGus (@gusbagus97): "Tak ada rotan, akar pun jadi @knzymyln__ #janganfyp #bestie #ShowYourFreestyle #fypシ". DJ Maafkan Soibahku x Akon Right Now. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Taca! Taca! Taca!Taca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaA música acaba, ela não paraEla taca a rabaEla trava, ela solta, ela não paraEla taca a rabaA música acaba, ela não paraEla taca a rabaEla trava, ela solta, ela não paraEla tacaTaca pra cá, taca pra láTaca pra frente, taca sem pararTaca pra cá, taca pra láTaca pra frente, taca sem pararVai!Taca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaAi, caralho, essa bunda tá foda, ein!Peraí, peraíOohPan-ka-don, vai!Quando ela taca a rabaTodo o mundão se acabaOlha que bundão bonitoTu nem parece que cagaUm shortinho pique, zicaE baby look da GagaEla tá me instigandoModelando abusadaEla taca pra cá taca!Ela taca pra lá taca!Puta que pariuÉ a maior raba do Brasil!Ela taca pra cá hey!Ela taca pra lá hey!Puta que pariuÉ a maior raba do Brasil!Taca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca pra cá, taca pra láTaca pra frente, taca sem pararTaca pra cá, taca pra láTaca pra frente, taca sem pararVai!Taca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela tacaTaca, taca, ela taca a rabaTaca, taca, ela taca Rakata Mira, hija, jaMundo ya va, ya vaQue me como al mundo yaCon estas ganas de follar yaMira, te lanzo un rakatáPa' ver si tú me miras, hmmY sí mirastesChico, yo te veoSay, mundo ya va, hey, ya vaViene todo el mundo yaCon estas ganas de follar digoTe lanzo rakatá huhPa' ver si tú me miras, ehY sí mirastesNo mientas, yo te vistoGrrY los cueros repican rotundamenteEl furruco retumba incesantementeBien simpáticaMientras mi flow psicopáticoSigue fluyendo por todas tus venasMira como vibra, vengo con todo ataja gataY sin condena, sin pena yo teSin pena tе lo doy, te loPongo, soy tu cenaBruja buena quе soy to-to-to-to-to-toPapi, si tú quieres este slow to-to-to-to-to-toPapi, si tú quieres yo te doy golpe to-to-to-to-to-toPapi, si tú quieres este slow to-to-to-to-to-toSácala, sácala, sácalo, sácala to-to-to-to-to-toEhMira, hija, jaMundo ya va, ya vaQue me como al mundo yaCon estas ganas de follar yaMira, te lanzo un rakatá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-táRompeLeo leo le, leo leo le, leo leo le hey, hey, heyLeo leo le, leo leo le, leo leo le hey, hey, heyLeo leo le, leo leo le, leo leo le hey, hey, heyLeo leo le, leo leo le, leo leo le hey, hey, heySafety tranceArcaMirando, mirandoEstoy mirandoMirando, mirandoMirando, mirandoLeo leo le, leo leo le, leo leo leLeo leo le, leo leo le, leo leo le Rakata Olha filha, haO mundo ja vai, ja vaiQue eu como o mundo agoraCom essa vontade de foder agoraOlha, eu jogo um rakatá em vocêPara ver se você olha para mim, hmmE sim você olhouMenino, eu vejo vocêDiga, o mundo está indo, ei, está indoTodo mundo está vindo agoraCom essa vontade de foder digoEu te jogo rakatá heinPara ver se você olha para mim, ehE sim você olhouNão minta, eu visto vocêGrrE os couros soam redondosO furruco ronca incessantementeMuito agradávelEnquanto meu fluxo psicopáticoContinue fluindo em todas as suas veiasOlha como vibra, eu venho com tudo cat paraE sem convicção, sem penalidade eu vouSem vergonha eu dou a vocêEu coloco, eu sou seu jantarBoa bruxa, o que sou to-to-to-to-toPapai, se você quiser isso lento to-to-to-to-toPapai, se você quiser eu bato em você to-to-to-to-toPapai, se você quiser isso lento to-to-to-to-toPegue-o, tire-o, tire-o, tire-o para-para-para-para-paraEiOlha filha haO mundo ja vai, ja vaiQue eu como o mundo agoraCom essa vontade de foder agoraOlha, eu jogo pra você um rakatá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-tá-táPausaLeo leo le, leo leo le, leo leo le ei, ei, eiLeo leo le, leo leo le, leo leo le ei, ei, eiLeo leo le, leo leo le, leo leo le ei, ei, eiLeo leo le, leo leo le, leo leo le ei, ei, eiTranse de segurançaArcaOlhando, olhandoEstou vendoOlhando, olhandoOlhando, olhandoLeo leo le, leo leo le, leo leo leLeo leo le, leo leo le, leo leo le Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_173651" align="aligncenter" width="551" caption="Lukisan Pribadi dibuat tahun 2005, media photoshop"][/caption] "Tak ada Rotan, akar pun jadi" kata perumpamaan ini tentunya sangat akrab dengan telinga kita, perumpamaan ini sangat saya pakai dalam kehidupan sehari-hari saya, dan kata-kata inilah yang memotivasi saya untuk kreatif disaat sedang dalam serba keterbatasan. Dalam pekerjaan sehari-hari, kata perumpamaan ini juga saya pakai sebagai prinsip, disaat saya menghadapi berbagai kendala, apa lagi aktivitas saya dalam bidang seni, tentu sangat dituntut memiliki kreativitas yang tinggi, sekali pun dihadapi keterbatasan materi, namun karya seni yang dihasilkan tetap memiliki estetika yang tetap mumpuni. Di tahun 90an, disaat keadaan ekonomi rumah tangga saya sedang terpuruk, saya pulang ke daerah Jambi, karena teman-teman dijambi mengenal saya sebagai penggiat seni, maka saya pun diajak untuk pameran lukisan secara bersama. Pada saat itu saya sama sekali tidak memiliki karya, karena memang saya sudah tidak lagi aktif melukis, namun karena ingin memenuhi dan menghargai ajakan teman, maka saya pun menyanggupi. Dalam keterbatasan yang ada, saya mencoba membuat beberapa karya seni lukis dengan peralatan yang ada, yaitu, pensil, pulpen dan spidol. Saya pun melukis diatas bahan kertas sebatas yang mampu saya beli. Yang saya ingat pada waktu itu adalah wejangan para seniman besar yang pernah saya temui, bahwa nilai sebuah karya seni itu bukanlah terletak pada mahalnya materi yang kita gunakan, tapi yang paling penting adalah kejujuran kita saat menuangkan rasa pada karya yang kita buat. Maka saya pun teringat juga kata perumpamaan "Tak ada rotan, akar pun jadi" kata ini mengandung makna, tidak ada pun bahan yang kita harapkan untuk berkarya, bahan apa pun yang ada asal kita mampu mengolahnya menjadi sebuah karya seni, maka karya seni tersebut pun akan memiliki nilai tersendiri, yang terpenting memenuhi standar estetika dan bernilai seni. Sampai pada waktunya pameran digelar, karya saya pun ikut di pajang di ruang pameran, karena karya saya hanya hitam putih, maka karya tersebut diletakkan diurutan terakhir dalam ruang pameran tersebut. Berbagai karya lukisan yang di pamerkan, ada juga pelukis yang berani memajang lukisan hasil menjiplak dari lukisan dikartu lebaran, namun saya tidak ingin mengomentarinya. Saat pameran tersebut digelar, panitia juga membuat forum diskusi untuk membahas setiap karya, ternyata karya lukisan saya banyak menjadi pembicaraan, karena dianggap aneh sendiri. Ada yang bertanya, kenapa lukisan saya hanya hitam putih, dan hanya menggunakan materi pensil, pulpen dan spidol. Secara terus terang saya menjawab, saya hanya mampu membuat lukisan dengan materi tersebut, bagi saya kejujuran dalam mengekspresikan rasa seni lebih penting, dan saya pun menjelaskan apa adanya tentang semua kondisi saya. Jawaban-jawaban saya tersebut menjadi inspirasi yang sangat berharga bagi para peserta pameran, karena diantara mereka ada yang mati kreativitasnya hanya karena keterbatasan peralatan, dan bagi saya saat itu memberikan wawasan kreatif seperti itu adalah untuk memotivasi mereka agar terus berkarya, tanpa tergantung pada peralatan lukis yang terbilang mahal, yang paling penting adalah bisa menyalurkan hasrat melukis dan agar terus bisa melukis tanpa tergantung pada kondisi apa pun. Demikianlah cara saya memanfaatkan kata perumpamaan tersebut menjadi prinsif dan falsafa dalam hidup dan berkarya, Tak ada rotan akar pun jadi, yang penting hasrat dan cita rasa seni bisa dituangkan tanpa ada hambatan apa pun. Salam - Ajinatha. Lihat Filsafat Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari ini, Rotan tidak hadir ke sekolah karena menurut informasi guru piket, ia sedang mengunjungi keluarga ayahnya yang sedang sakit. Biasanya Rotan menyampaikan pesan kepada Akar jika tidak hadir ke sekolah. Akar sahabat dari Rotan yang sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas selalu bersama. Rotan dan Akar sudah seperti dua orang sahabat yang tak dapat memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang IPA, sedangkan Akar tidak memiliki keahlian di bidang IPA. Keduanya sedikit berbeda pandangan dalam berbagai kegiatan, baik olimpiade mata pelajaran maupun kegiatan festival. Rotan memilih jurusan IPA disebabkan sejak Sekolah Dasar, dirinya menguasai pelajaran berhitung dan yang berkaitan dengan materi pengetahuan alam. Akar yang sejak Sekolah Dasar sering mengikuti lomba berpidato dan mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga ia lebih memfokuskan diri memilih bidang-bidang dan Akar selalu pergi bersama ke sekolah dengan berjalan kaki. Jarak sekolah dengan tempat tinggal mereka kira-kira 2 km. Walaupun jarak yang ditempuh tidak terlalu dekat, Rotan dan Akar tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Mereka berdua selalu berangkat ke sekolah lebih awal, sehingga tiba di sekolah sepuluh menit sebelum tanda bel masuk kelas berbunyi. Rotan dan Akar sudah kali kedua berturut-turut memenangkan OSN mewakili kota kelahiran mereka. Rotan dan Akar diibaratkan pepatah lama, Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi, Tak ada yang baik yang buruk pun jadi. Dari segi kecerdasan yang dimiliki Rotan dan Akar tidak jauh berbeda. Akan tetapi yang membedakan keduanya, yaitu dari segi perilakunya. Rotan memiliki sikap yang santun, ramah, disiplin, dan bertanggungjawab. Sedangkan Akar sedikit egois, cuek, dan senang dipuji. Rotan dan Akar sangat kompak, meskipun memiliki perbedaan sikap dan perilaku. Rotan dan Akar tidak pernah bertengkar, meskipun memiliki perbedaan pandangan terhadap sesuatu hal. Hal ini, membuat teman-teman sekelasnya merasa bangga kepada Rotan dan Akar yang tetap menjalin upacara bendera pada hari Senin berlangsung, Rotan yang bertindak sebagai pemimpin upacara tidak dapat melanjutkan pelaksanaan dengan baik, Akar dengan sigap menggantikannya. Kejadian yang sama juga pernah dialami Akar, ia tidak mampu berdiri dengan sikap tegak saat upacara bendera. Posisinya langsung digantikan oleh Akar sehingga tidak terjadi permasalahan pada pelaksanaan upacara tersebut. Wajar saja jika Rotan dan Akar seperti pinang dibelah dua dalam ikatan persahabatan Rotan dan Akar mulai terusik sejak hadirnya Duri di tengah-tengah mereka. Duri merupakan siswa baru, pindahan dari salah satu SMA di kota. Duri mencoba untuk mengacaukan ikatan persahabatan antara Rotan dan Akar. Duri tidak menginginkan Rotan dan Akar tetap bersama. Segala macam cara terus ia lakukan agar Rotan dan Akar berhasil melepaskan ikatan persahabatan Rotan dan Akar. Rotan dan Akar pun sudah tidak terlihat akur satu sama lain. Pertengkaran sering terjadi hingga Rotan dan Akar bermusuhan. Duri mencoba mendekati Akar dan berusaha memengaruhinya agar menjadi sahabatnya. Kini Duri dan Akar menjalin persahabatan. Sedangkan Rotan harus tersingkir dan terpisah dari sahabatnya Akar. Duri berusaha menyatukan visi dan misi yang telah dipersiapkannya untuk dikerjakan bersama Akar. Visi dan misi Duri yang akan membuat kondisi lingkungan sekolah yang damai menjadi sekolah yang suasananya penuh dengan kelicikannya akan memengaruhi Akar agar berbuat kejahatan di sekolahnya. Sejak awal, perbuatan yang dilakukan Duri sudah tercium oleh Rotan. Gerak-gerik Duri yang telah merusak dan memutuskan persahabatan antara Rotan dengan Akar, telah diawasi sahabat-sahabat Rotan yang tidak menginginkan sekolah yang mereka cintai dirusak karena ulah Duri. Sahabat-sahabat Rotan akan berusaha mengembalikan Akar agar menjadi siswa yang peduli terhadap kedamaian sekolah dan memahami akan arti dan sahabat-sahabatnya akan menunjukkan bukti kepada Akar, bahwa dirinya telah dihasut oleh Duri yang telah memutuskan persahabatannya dengan Rotan. Mereka juga akan merekam pembicaraan Duri dengan teman-temannya yang berasal dari luar sekolah. Mereka akan berusaha menghentikan tindakan kejahatan yang direncanakan Duri untuk merusak kedamaian lingkungan sekolah. 1 2 Lihat Cerpen Selengkapnya Sori Siregar*, KOMPAS, 22 Agu 2015 Dua peribahasa Indonesia hampir bersamaan bunyinya. Yang pertama ”tiada rotan, akar pun jadi” yang bermakna, jika tak ada yang baik, yang jelek pun berguna. Yang kedua, ”tiada rotan, akar pun berguna” yang berarti bahwa apabila tak ada yang lebih baik, yang kurang baik pun boleh. Saya membaca ini dalam Kamus 5000 Peribahasa Indonesia yang ditulis Heroe Kasida Brataatmadja keluaran Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1985. Perbedaan kedua peribahasa tersebut hanyalah pada kata jadi dan berguna. Maknanya sebenarnya sama. Dari peribahasa yang menggunakan kata rotan, tampaknya kedua peribahasa inilah yang paling populer. Karena populer, rasanya tak mungkin adaorang yang salah menuliskannya. Karena itu, ketika harian ini menulis peribahasa itu dengan pengertian sebaliknya, semula saya terkejut. Namun, hanya sebentar. Setelah itu saya berpikir bahwa ini adalah pelesetan atau lucu-lucuan. Mang Usil yang menulis di Rubrik Pojok Kompas, 22 April 2015 mengatakan ”tiada akar, rotan pun berguna”. Nah, artinya berubah menjadi ”jika tak ada yang jelek, yang baik pun jadi”. Saya tidak yakin maksudnya seperti itu. Mang Usil menulis demikian untuk mengomentari pendapat Komisi III DPR yang menilai Budi Gunawan layak jadi wakil kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peribahasa yang digunakan Mang Usil itu mengingatkan saya kepada kalimat yang berbunyi ”kalau bisa dibuat sulit, mengapa harus dipermudah”. Seharusnya kalimat ini ditulis, ”kalau bisa dibuat mudah, mengapa harus dipersulit”. Ini juga dapat dianggap pelesetan karena masyarakat muak menyaksikan perilaku para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaannya. Pelesetan memang sering membuat hati senang. Bahkan, dalam puisi pun pelesetan dapat dilakukan. Seingat saya penyair Taufiq Ismail dalam larik-larik puisinya pernah menulis ”maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan kepanjangan”. Seorang pengarang lainnya dengan enak mengatakan ”berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersakit-sakit selamanya”. Apabila dihimpun, peribahasa yang dipelesetkan ini banyak sekali. Misalnya, ”hidup segan, mati tak hendak” dipelesetkan menjadi ”hidup segan, mati pun mau”. ”Ilmu lebih baik daripada harta” menjadi ”harta lebih baik daripada ilmu”. ”Biar lambat asal selamat” sudah lama berganti menjadi ”boleh cepat asal selamat”. ”Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah” dianggap tidak sesuai dengan kemajuan zaman karena itu dibuatlah ”raja adil raja disembah, raja lalim juga disembah”. Di negeri ini kan begitu. Pelesetan di atas tampaknya ada kaitannya dengan realitas sosial di sekitar kita. Yang menyusul ini demikian juga halnya. Komponis Cornel Simanjuntak tentu tidak main-main ketika menulis lirik lagu ”Maju Tak Gentar”. Namun, orang-orang yang gemar membuat pelesetan dengan seenaknya mengubah lirik ”maju tak gentar membela yang benar” menjadi ”maju tak gentar membela yang bayar”. Pepatah yang berbunyi ”sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”, menurut seorang aktivis layak diganti dengan ”berkali-kali lancung ke ujian, tetap saja masih dipercaya”. Pelesetor kalau saya boleh menggunakan kata ini yang gemar bercanda juga tak kehilangan rasa humor ketika mengatakan ”bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi”. Pepatah atau peribahasa diwariskan oleh para pendahulu kita sebagai peringatan tak resmi, yang perlu mendapat perhatian. Karena itu, jika kita mendengar orang berbicara terlalu banyak, sedangkan pengetahuannya setempurung, kita akan segera diingatkan oleh peribahasa ”tong kosong nyaring bunyinya”. Pelesetan yang banyak dilakukan terhadap pepatah sama sekali tidak bermaksud merendahkan, tetapi semata-mata dimaksudkan sebagai gurauan segar. Mang Usil juga mungkin bermaksud seperti itu. * Cerpenis Diterbitkan oleh Rubrik Bahasa Kumpulan artikel rubrik bahasa Indonesia dari berbagai media massa Lihat semua pos dari Rubrik Bahasa Telah Terbit 22 Agustus 20155 September 2015 Navigasi pos

tak ada akar rotan pun jadi